Sejarah GKPI



A. PENDAHULUAN

Sebagai upaya merekonstruksi kembali sejarah berdirinya Gereja Kristen Pemancar Injil ( GKPI ) Tarakan.[1] Penulis berusaha mencari data-data, baik primer maupun skunder. Mengingat keterbatasan waktu untuk menggali atau mencari sumber-sumber yang diperlukan sebagai bahan untuk penyusunan sejarah Gereja Kristen Pemancar Injil Tarakan ( terutama yang ada kaitannya dengan gereja-gereja mitra baik dalam negeri maupun luar negeri.[2] Namunpun demikian penulis berusaha menggali data-data yang ada ( perpustakaan, wawancara dengan para pelaku sejarahnya yang masih hidup maupun tokoh-tokoh yang menyaksikan sejarah berdirinya GKPI Tarakan.
      Dalam penjelasan selanjutnya, penulis menguraikan Sejarah berdirinya GKPI Tarakan, Pekabaran Injil oleh The Christian Missionary Alliance (CMA), kegiatan Penginjilan CMA di Kalimantan Timur, berdirinya GKPI Tarakan, CMA di Kalimantan Timur, Pendiri GKPI Tarakan, Pdt. Elisa Mou selaku pencetus, Pembentukan Organisasi Massa, Berdirinya GKPI Tarakan, Tujuan berdirinya, Tugas Panggilan GKPI Tarakan dan Penutup.
      Penelitian sejarah gereja   GKPI Tarakan yang penilis lakukan ini, tidak luput dari  rupa-rupa kelemahan. Namun sedapat mungkin penulis menghindari kesalahan interpretasi terhadap setiap data-data yang ada maupun wawancara-wawancara yang penulis lakukan.





B. LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA ORANG DAYAK.
      Kabupaten Bulongan yang termasuk dalam wilayah Kalimantan Timur adalah daerah yang memiliki kekhasan geografis dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Kalimantan, yaitu gunung-gunungnya yang tinggi sekitar 2000 kaki di atas permukaan laut. Kabupaten Bulongan memiliki beberapa sungai yang merupakan urat nadi kehidupan yaitu Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Sembakung, Sungai Sebuku dan Sungat Krayan.[3]
      Kabupaten ini terdiri dari 13 kecamatan dengan jumlah penduduk 479.119 jiwa (berdasarkan statistic thn. 2005). Dari jumlah tersebut 38 % adalah pendatang sisanya 62 % adalah penduduk asli yang dikenal dengan Suku Dayak. Secara keseluruhan suku Dayak yang ada di Bulongan terdiri atas beragam suku, dengan masing-masing bahasa dan kebiasaan sendiri. Adapun suku Dayak yang mendiami Bulongan masih terbagi lagi menjadi beberapa suku kecil yang disebut sebagai Puak Suku (anak suku), misalnya didaerah sungai Kayan terdapat suku yang bernama Uma Lasan yang merupakan Puak dari Suku Kenya.
      Pada umumnya masyarakat didaerah ini hidup sebagai petani, walaupun hasil pertaniannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena mereka juga menghasilkan hasil-hasil lain seperti Damar, Gaharu dan Rotan dermi mencukupi kebutuhan hidup mereka.
     Pola hidup masyarakat pada umumnya dibagi kedalam dua bagian yaitu:
1. Pola hidup masyarakat dalam rumah panjang. Pola seperti ini memungkinkan dalam satu rumah panjang, yang umumnya keadaannya gelap dan hamper tidak mendapat sinar matahari, dihuni sekitar 60 – 100 orang.[4]
2. Pola hidup mengembara dan berpindah-pindah tempat tinggal. Pola seperti ini menyebabkan mereka tidak menetap disuatu tempat dan mereka tinggal dipondok-pondok kecil.
      Kedua pola hidup seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan masayarakat Dayak, akibatnya sering mereka menderita berbagai macam penyakit seperti Tuberkulosis, Malaria, Desentri dan penyakit kulit.
      Pada umumnya masyarakat Dayak masih mrenganut agama suku yang untuk mereka identik dengan adapt. Mereka juag mengenal Tuhan Pencipta. Mereka juga sangat percaya adanya roh-roh jahat, yang biasanya disebut hantu. Meskipun demikian ada juga mereka mengenal agama Islam terutama mereka yang tinggal disekitar pantai, lebih khusus lagi kalangan Kesultanan. Baru setelah adanya penyebaran Injil, terdapat beberapa Gereja Protestan dab Gereja Katolik  Adat bagi suku-suku di daerah ini tidak dapat dipisahkan dari agama.[5]
      Pada awalnya daerah ini dibagi dalam wilayah yang dipimpin seorang Kepala Adat, denganm sebutan “Kepala Besar”. Sifat kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang diwariskan. Kepala adapt inilah yang mengatur seluruh upacara dan perlakuan adat didaerah itu. Dalam perkawinan, hubungan sex sebelum nikah tidak diperbolehkan. Dan setiap perkawinan didahului dengan pinang-meminang. Upacara perkawinan dilakukan secara sederhana dengan pesta makan dan minum tuak (yang disebut pengasih). 

C.  SEJARAH BERDIRINYA GKPI TARAKAN KALIMANTAN TIMUR

Berdirinya Gereja Kristen Pemancar Injil Tarakan tidak terlepas dari pengaruh misi pekabaran injil yang dilakukan oleh yayasan penginjilan yang masuk ke Kalimantan Timur.

C.1. Pekabaran Injil oleh The Christian Misionary Alliance( CMA ).

      The Christian Misionari Alliance (CMA), sebuah pekabaran Injil yang muncul di Amirika Serikat pada tahun 1880-an yang didirikan sekaligus sebagai pemimpin pertamanya adalah A.B. Simpson, mantan pendeta Gereja Presbiterian di New York, yang dikenal komitmennya mengabdi kepada kaum miskin. Kemudian keluar dari gereja itu karena tidak dapat menerima baptisan anak-anak.[6] Kemudian pada tahun 1887 A.B. Simpson mendirikan dua organisasi : 1). The Christian Alliance (Perserikatan Kristen), dan 2). The Evangelical Missionary Alliance (EMA) yaitu, (perserikatan Injili untuk pengutusan ke luar negeri). Sepuluh tahun kemudian (1897) kedua organisasi ini digabung menjadi : The Christian and Missionari Alliance. Dari nama organisasi ini dapat disimpulkan bawa Simpson tidak bermaksud mendirikan gereja baru, karena kata “Alliance” berarti “perserikatan” atau “persekutuan” bukan denominasi.[7] Ajaran CMA dapat disimpulkan dalam empat asas, yang dikenal “Injil rangkap empat”, yaitu, “Kristus menyelamatkan, menyucikan, menyembuhkan, dan Datang kembali sebagai Tuhan”[8] CAM mementingkan ajaran tentang kedatangan Yesus Kristus kembali dan kerajaan seribu tahun.
      Pada Oktober 1926, para pemimpin CMA mengadakan rapat khususnya untuk membahas kemungkinan mengembangkan pelayanan pekabaran Injilke daerah-daerah baru. Sehingga mereka memilih kepulauan Hindia Belanda sebagai kawasan tanggung jawab CMA. Keputusan ini diambil karena daerah-daerah itu cukup luas sehingga ada daerah yang belim di Injili oleh organisasi gereja manapun. Seorang peserta yang mendukung rapat itu ialah R.A. Jaffray yang dijuluki “Simpson ke dua”. Dialah nantinya memainkan peranan penting dalam sejarah Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII).[9] Dalam beberapa tahun saja, R.A. Jaffray berhasil membuka pekerjaan misi di Makassar dan sekitarnya, Bali, Lombok, Sumbawa, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan pedalaman Irian.[10]

C. 2. CMA di Kalimantan Timur.
     
        Awal penginjilan di Kalimantan Timur dimulai dari kedatangan lima misionaris dari CMA New York ke Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1929. Para misionaris tersebut adalah Rev. J.W. Brill dan istrinya, Rev. G. E. Fisk dan istrinya, dan Rev. David C. Clench.[11]
      Perintis pekerjaan misi di Kalimantan Timur adalah David C. Clench dan George E. Fisk yang masuk kesana pada tahun 1929. Setelah David Clench tinggal di Balikpapan selama setahun, ia pindah ke Samarinda dan melakukan Pekabaran Injil terhadap orang Dayak di Hulu Sungai Mahakam. Sedangkan Fisk berlayar ke Pulau Tarakan, pulau kecil di Kalimantan Timur, dimana perusahaan minyak Belanda berada. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 Juli 1929. Namun karena ia kesulitan berhubungan dengan orang-orang Dayak di pedalaman Kalimantan, ia pindah ke Tanjung Selor, ibukota Kabupaten Bulongan Kalimantan Timur. Dari sana ia menjalin hubungan dengan orang Dayak Kayan dan Dayak Kenyah di Kal – Tim bagian Utara.[12]  
      Dalam pelayanannya, Fisk berjumpa dengan Jalung Ipui, seorang yang sangat berpengaruh di antara suku Dayak Uma’ Alim di Pujungan. Ipui diantar oleh bapak Karua, yang berasal dari Minahasa, ketika ia sedang mengunjungi anak-anaknya yang bersekolah di Tanjung Selor. Fisk bersaksi tentang Tuhan Yesus, bahkan mengajak untuk berdoa. Walaupun pada saat itu ia belum menerima Kristus, namun perjumpaan itu menimbulkan kesan yang mendalam dalam dirinya. Akhirnya pada tanggal 17 September 1931, Jalung Ipui bersama 220 rakyatnya di baptis di Sungai Bahau.[13] Hingga tahun 1932 sudah terdapat tiga kampungdi Hulu Sungai Bahau yang menerima Yesus sebagai juru selamat.
      Pada tahun 1934/1935 di daerah Bulongan terdapat tujuh jemaat dengan 3000-an orang Kristen.[14]Untuk mempersiapkan kader penginjilan, pada tahun 1937 CMA mendirikan Sekolah Alkitab Persiapan ( Preparetory Bible School ) di Tanjung Selor. Sebagai sarana transportasi penginjilan, pada tahun 1939 R.A Jaffray menghubungi CMA di Amirika untuk meminta sebuah pesawat terbang. Pada tahun itu juga orang-orang di Amirika Utara menyokong dan membelikan pesawat terbang “ PK – SAM”.[15]  
      Pada tahun 1951, jemaat dilingkungan CMA digabungkan mejadi tiga gereja daerah, yaitu Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia Timur (KINGMIT), KINGMI KAL-TIM, dan KAL-BAR. Pada tahun 1956 CMA mengambil langkah penting dalam proses menuju kemandirian cabang-cabangnya yang berada di Indonesia. Pertama, tenaga luar negeri yang bekerja di wilayah ketiga gereja tersebut dinyatakan dibawah pengawasan pimpinan gerejanya. Kedua, pada akhir tahun 1956 tunjangan yang masih biasa diberikan kepada sejumlah besar pendeta Indonesia di hentikan.[16]

D.    PENDIRI GEREJA  KRISTEN PEMANCAR INJIL TARAKAN          
            Berdirinya suatu organisasi, tentu tidak terlepas dari para pelakunya. Demikian juga halnya dengan Gereja Kristen Pemancar Injil GKPI Tarakan.

D.1. Pdt. Elisa Mou, Tokoh Pencetus.
             GKPI Tarakan berdiri pada tanggal 30 Mei 1959 di Desa Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Pencetus berdirinya GKPI adalah adalah Pdt. Elisa Mou, seorang mantan pendeta (Gembala Sidang) KINGMI di Long Bia. Ia memutuskan hubungan dengan KINGMI karena kurang puas dengan pelayanan KINGMI yang hanya memperhatikan hal-hal rohani saja, tanpa memikirkan kesejahteraan warga jemaat. Padahal kehidupan warga jemaat di pedalaman Kalimantan Timur yang merupakan pelayanan KINGMI sangat miskin. Dengan keadaan kehidupan jemaat yang demikian, menurutnya, itu tidak dapat dijawab dengan pengembangan rohani saja, namun juga terkait dengan segi-segi lainnya yang dianggap bersifat duniawi oleh CMA.[17]  
      Sejarah berdirinya GKPI tidak terlepas pula dari sejarah pendirinya. Elisa Mou lahir pada tahun 1925 di Krayan. Pada tahun 1941 ia dikirim oleh CMA ke sekolah Alkitab Kalam Hidup ( sekarang Sekolah Tinggi Jaffray ) di Makassar, Sulawesi Selatan. Pada waktu itu, sebenarnya tidak mudah orang pedalaman Kaltim  (Dayak) untuk melanjutkan sekolah. Selain karena tidak mempunyai dukungan financial, mereka juga  belum mengenal “dunia luar”. Jadi hanya orang-orang yang memiliki kemauan keras sajalah yang berani meneruskan sekolahnya. Elisa Mou termasuk salah seorang yang beruntung mendapat bantuan CMA untuk melanjutkan sekolah ke Makassar. Selain itu, ia juga didorong kemauannya yang kuat untuk memajukan masyarakat Dayak yang taraf hidupnya pada saat itu sangat rendah/terbelakang (dari segi pendidikan). Pikiran itu rupanya dimilikinya sejak misi masuk ke Krayan. Elisa Mou melihat bahwa misionaris itu memiliki pendidikan dan pengetahuan yang cukup, dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari pada masyarakat setempat, sehingga ia pun ingin memajukan masyarakat di daerahnya. Sebab menurutnya, orang yang memiliki pendidikan dan kesejahteraan yang baiklah yang dapat maju.[18]  
      Ketika Elisa Mou belajar di Makassar, dikembangkannya menjadi suatu tekad, memajukan masyarakat Dayak Kaltim, terutama dibidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.
      Pendidikan teologi harus dijalaninya selama ermpat tahun. Namun Elosa Mou hanya dapat mengikuti pendidikannya selama satu tahun, karena meletus perang melawan Jepang pada tahun 1942. Ia tidak sempat menyelesaikan studynya hingga selesai karena harus kembali ke Tarakan, sebagai pelabuhan transit, dalam perjalanan pulang saat perang berkecamuk, ia ditangkap dan menjadi tawanan tentara Jepang di Banjarmasin. Di sini ia dijadikan romusha dan dikirim ke daerah pedalam Kalimantan Selatan untuk mengerjakan perkebunan milik Jepang.
      Setelah Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, Elisa Mou Kembali ke Banjarmasin. Selama berada disana ia diurus oleh seorang pendeta GKE (Gereja Kristen Evangelis), Pationom Dingang. Sementara ia tetap menjalin hubungan dengan sekolahnya di Makassar melalui surat menyurat. Ia dipanggil kembali melanjutkan studynya di Makassar yang terhambat. Namun ia hanya sempat dua tahun (1945 – 1947), karena pada waktu itu anak-anak Kaltim dipulangkan untuk melanjutkan study di Sekolah Alkitab Long Bia ( Kaltim, yang baru dibuka CMA pada tanggal 1 Juni 196.[19]  Alasan yang kemukakan karena pemulangan tersebut adalah biaya pendidikan bagi jemaat KINGMI di Kaltim tidak terlalu besar.
      Ketika mengajar sekolah di Long Bia, Elisa Mou mengusulkan kepada pihak misi CMA untuk membuka jurusan umum di sekolah tersebut. Usul itu ditolak karena ada pemahaman yang sangat erat hubungannya dengan ajaran tentang hari Tuhan sudah dekat. Itulah sebabnya mereka mempunyai metode kerja yang tidak memperhatikan  sekolah-sekolah umum, yayasan-yayasan sosial, maupun mengorganisir jemaat. Mereka kurang memperhatikan kebudayaan setempat, yang penting adalah bertobat dan dibaptiskan. Jadi menurut pandangan mereka, jika Tuhan datang, hal-hal yang berbau duniawi itu tidak ada gunanya (termasuk pendidikan umum). Kemudian Elisa Mou mengusulkan agar CMA membuka sekolah umum yang nantinya dikelola oleh gereja. Usul ini pun ditolak
      Karena usul-usulnya ditolak oleh CMA, akhirnya Elisa menempuh jalur lain. Ia kemudian mengadakan hubungan dengan Camat Krayan, Yagung Padan, untuk memikirkan kemajuan masyarakat Dayak pedalaman Kaltim. Yagung Padan memberikan dukungan dengan mengusulkan agar membentuk sebubuah organisasi massa.
D. 2. Pembentukan Organisasi Massa.[20]
      Pada tahun 1948, dibentuk sebuah organisasi massa yang disebut Angkatan Muda Tanah Tidung (AMTI). Tujuan pembentukan organisasi ini ialah mengumpulkan dana dari masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak yang mampu (pandai) dan memenuhi syarat untuk dikirim Sekolah Guru Bawah (SGB) di Makassar. Dengan harapan setelah mereka menyelesaikan studynya, mereka dapat menjadi tenaga pengajar dibidang pendidikan umum. Karena pada waktu itu, tidak ada sekolah formal. CMA sendiri hanya membantu pendidikan untuk pengadaan tenaga penginjilan dan pendeta.
      Adapun organisasi massa yang didirikan tersebut berkedudukan di Long Bia dan Elisa Mou sendiri sebagai ketua.
      Mengingat Elisa Mou adalah seorang pengerja gereja (KINGMI), maka aktivitasnya di AMTI sangat ditentang oleh CMA. Ketua CMA waktu itu, W.M. Poss, sangat menentang berdirinya AMTI karena organisasi itu dinilai terlalu duniawi. Walaupun ditentang, Elisa Mou tetap menjalankan organisasi AMTI sesuai cita-citanya memajukan orang Dayak di Kalimantan Timur.
      Disamping AMTI, setahun kemudian (1949) Elisa Mou juga mendirikan koperasi dengan nama Koperasi Angkatan Muda. Namun dalam perkembangannya tidak dapat berjalan dengan baik karena, selain ditentang oleh CMA, juga rata-rata adalah jemaat KINGMI yang kurang mendukung kegiatan tersebut.
      Pada tahun 1954, Elisa Mou ditahbiskan menjadi pendeta KINGMI di Long Bia. Setelah itu ia menyebarkan surat edaran kepada anggota AMTI untuk mengadakan konferensi di Ba’ Binuang Kecamatan Krayan Kaltim.[21]  Salah satu hasil konferensi menetapkan untuk mendirikan sekolah sendiri yang mereka beri nama Sekolah Persiapan Alkitab (setingkat SLTP). Dalam kurikulumnya dicantumkan pelajaran umum (seperti, pertanian, peternakan dan kesehatan, dll) termasuk pelajaran teologi.
      Pada tahun 1957, KINGMI mengadakan konperensi di Wai Laya. Pesertanya adalah Gembala Sidang KINGMI termasuk Elisa Mou utusan Jemaat Tanjung Lapang. Hadir juga Rev. C. Brill selaku ketua Zending CMA untuk Indonesia. Ia masuk wilayah Indonesia melalui Sabah Malaysia dan hal ini ditentang Elisa Mou karena bertentangan dengan hukum imigrasi. Hal ini membuat Wesly Brill marah. Sehingga dalam konferensi itu ia mengajak para pendeta mendoakan Elisa Mou karena dinilai telah tersesat. Merasa kehadiranya dalam konferensi tersebut tidak dihargai terlebih usulannya tentang jemaat Tanjung Lapang tidak diterima, Elisa Mou kembali ke Tanjung Lapang.[22]  Kemudian Elisa Mou mengumpulkan beberapa orang yang mendukung pikiran-pikirannya untuk memajukan Masyarakat Dayak Kalimantan Timur dan mengajak mereka keluar dari KINGMI dan membentuk sebuah organisasi gereja baru.
D.3. Berdirinya GKPI Tarakan Kalimanatan Timur.
Kata Pemancar dalam nama “Gereja Kristen Pemancar Injil” merupakan suatu ungkapan mengabarkan Injil. Istilah Pemancar (bahasa Dayak Lundayeh : ngerasat) secara luas berarti penyinaran (hal menjadikan sesuatu bersinar, bercahaya atau berkilauan) apabila kata ini dihubungkan dengan kata Injil, maka berarti menyiar Injil atau hal menjadikan Injil bersinar. Hal ini mau menonjolkan makna dasar dari tugas pokok gereja yaitu mengabarkan Injil. Jadi secara sederhana GKPI dapat dikatakan sama dengan gereja Kristen yang mengabarkan Injil.[23] Gagasan ini merupakan pemikiran Elisa Mou untuk kemudian dibicarakan oleh para perintis yang juga merupakan jemaat pertama GKPI Tanjung Lapang.
      Para perintis berdirinya GKPI yang pertama terdiri dari 26 orang anggota, yaitu : Elisa Mou, Petrus Balang, Lawa Kapung, Yusak Fraid, Yaran Ada’, Ringan Busek, Yusuf Busek, Koleng Gelawat, Singa Gelawat, Yudin Gelawat, Labo Ringan, Yukung Murang, Y.B. Sangian, Ipa Tutu, Paren Tutu, Elis Upai, Riga Padan, Gadung Ada, Buda Seremen, Lasun Tuan, Sipai Ipa,Rangai Danur, Gadung Belibing, Busan Labang, Gerit Peru, dan Dari Murang.[24] Untuk prtama kali persekutuan yang berjumlah 26 orang ini membentuk Badan Pengurus pada tanggal 30 Mei 1959.[25]  Dengan susunan Badan Pengurusnya sebagai berikut :
Ketua    I                             : Pdt. Elisa Mou
Ketua    II                            : Y.B. Sangian
Sekretaris  I                         : Petrus Balang
Sekretaris  II                       : Yusak Fraid
Bendahara                           : Lawa Kapung
Pembantu Umum                : Y.S. Laloeng Aco
Penasehat                             : Yagung Padan dan Singa Gelawat
      Terbentuknya pengurus persekutuan ini, “tercium” oleh warga jemaat KINGMI sehingga menimbulkan celaan atau ejekan terhadap Elisa Mou dan kawan-kawan. Tidak jarang Elisa Mou selalu dibawa dalam doa agar segera “bertobat”.[26] 
      Tanggal 20 Juli 1960 Badan Pengurus menghadap wakil Notaris sementara untuk Berau – Bulungan di Tanjung Selor dengan membawa Anggaran Dasar Organisasi Gereja Kristen Pemancar Injil. Atas usaha ini maka terbitlah Akta Anggaran Dasar Gereja Kristen Pemancar Injil dengan nomor : 1 tanggal 20 Juli 1960.[27] 
      Pada tanggal 28 Agustus – 2 September 1960, dilaksanakan Konferinsi Umum di Desa Pa’ Upan, Kecamatan Krayan, Kab. Bulongan, Kaltim yang merupakan Sinode Umum I GKPI. Dalam Konferensi tersebut, Anggran Dasar Gereja Kristen Pemancar Injil di terima sebagai Tata Gereja GKPI, dengan demikian GKPI dinyatakan resmi berdiri.
E. TUJUAN BERDIRINYA GKPI TARAKAN
      Seperti yang terdapat dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga GKPI Bab. II. Pasal.4. Tujuan, dikatakan : Gereja Kristen Pemancara Injil didirikan Dengan tujuan : Mewujudkan kasih Allah kepada Dunia, agar dunia mengenal dan merasakan kasih-Nya dengan melaksanakan :
1.      Panggilan Yesus Kristus kepada Gereja untuk memberitakan Injil kepada semua makhluk, untuk menyaksikan kasih dan kuasa-Nya dengan perkataan dan perbuatan (Markus 16 : 15; Yakobus 2 : 17).
2.      Dalam persekutuan Oikoumenis Gereja Kristen Memberitakan Injil kepada jemaat-jemaat dan melayani Sakramen : Baptisan Kudus, Perjamuan Kudus, dalam pengharapan dan kasih (I Korintus 13 : 13).3
3.      Gereja Kristen melakukan perbuatan kasih dengan pelayanan yang nyata bagi terwujudnya keadilan, kebenaran dan perdamaian disemua lapangan kehidupan, seperti Kristus mengasihi dan melayani.[28]  
Sebagai upaya mewujudkan tujuan berdirinya GKPI, maka dalam setiap Sinode Umum ditetapkan Garis-Garis Besar Tugas Panggilan Gereja Kristen Pemancar Injil, (GBTP-GKPI), tujuannya adalah untuk meletakkan dasar yang kuat dan arah yang jelas bagi Majelis Sinode, Majelis Resort, dan Majelis Jemaat GKPI dalam melaksanakan tugas pangggilan gereja untuk mewujudkan kasih Allah kepada dunia, agar dunia dapat mengenal dan merasakan kasih-Nya.[29] Bertolak dari dasar pemahaman ini, maka tugas panggilan gereja meliputi :
1.      Tugas Panggilan Persekutuan.
2.      Tugas Panggilan Kesaksian
3.      Tugas Panggilan Pelayanan
4.      Tugas Panggilan Kemandirian.[30]
F.TUGAS PANGGILAN GKPI
Tugas panggilan Gereja Kristen Pemancar Injil, meliputi :
a.       Meningkatkan kesadaran dan penghayatan warga jemaat untuk lebih menampakkan persekutuan dalam kesatuan Roh (Efesus 4 : 3), dengan kebaktian, baptisan, dan perjamuan kudus bersama, serta mendorong warga jemaat untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia (I Petrus 2 : 9).
b.      Meningkatkan kebersamaan dalam pelayanan dan kesaksian di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan Negara (Kis. 2 : 42).
c.       Meningkatkan dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan jemaat untuk mandiri (Efesus 4 : 13).
d.      Meningkatkan rasa persaudaraan dan sikap tolong-menolong antara jemaat dan warga jemaat (Galatia 6 : 2).
Tugas panggilan seperti tersebut di atas dijabarkan dalam GARIS-GARIS BESAR TUGAS PANGGILAN GKPI, yang ditetapkan dalam setiap Sinode Umum, untuk menyepakati prioritas-prioritas dan penyesuaian seperlunya.[31]
     Dalam perkembangan selanjutnya, tujuan ini mengalami penyempurnaan dalam Peraturan Dasar GKPI yang baru, pasal 4 yang berbunyi : Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) didirikan dengan tujuan Mewujudkan kasih Allah kepada dunia agar dunia mengenal dan merasakan tanda-tanda kasih_nya dengan melaksanakan :
1. Panggilan Yesus Kristus kepada Gereja untuk memberitakan Injil kepada            segala makhluk untuk menyaksikan kasih dan kuasa-Nya dengan perkataan dan perbuatan (Markus 16 : 15; Yakobus 2 : 17).
2. Dalam persekutuan oikoumenis, memberitakan Firman Allah, melayani sakramen Baptisan kudus dan perjamuan kudus dalam pengharapan dan kasih (II Kor.13 : 13).
3. GKPI melakukan segala perbuatan kasih dengan pelayanan yang nyata bagi terwujudnya keadilan , perdamaian disemua bidang kehidupan, seperti Kristus mengasihi dan melayani.
Dengan tujuan itu, maka dalam Garis Besar Tugas Panggilan (GBTP) GKPI telah diuraikan 3 (tiga) segi tugas-tugas panggilan GKPI sebagai berikut :
1 Tugas panggilan GKPI adalah membarui, membangun dan mempersatukan
   Gereja. Tugas panggilan ini mengharuskan GKPI sebagai bagian dari tubuh
   Kristus yang melayani untuk saling memahami, memperhatikan dan mela
   Yani kepentingan bersama (Filipi 1 : 27, 2 : 4 ; I Kor. 12 : 27).
2. Tugas panggilan GKPI adaaalah memberitakan Injil Yesus Kristus, yaitu
     Berita tentang pertobatan, pengampunan dosa dan keselamatan (Luk. 24 : 47), serta kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan bagi segala bangsa dan makhluk (Mar. 16 : 15), diseluruh dunia sebagai kesaksian bagi se
Bangsa (Mat. 24 : 14) sampai ke ujung bumi (Kis. 1 : 8), diseluruh dunia di bawah langit (Kol. 1 : 23), dan sampai kepada akhir zaman (Mat. 28 : 20) sebagai bagian dari karya menyeluruh Yesus Kristus (Ef. 1 10).
4.      Tugas panggilan GKPI adalah pellayajnan dalam kasih dan keadilan. Tugas ini mengharuskan GKPI memerangi segala penyakit, kelemahan dan ketidak adilan dalam masyarakat. Seperti Yesus berkeliling diseluruh Galelia, Ia melenyapkan segala penyakit dan dan kelemahan diantra bangsa itu (Mar. 4 : 23).

. G. VISI PELAYANAN GKPI
      Berdasarkan pemahaman panggilan Tuhan kepada GKPI seperti diuraikan di atas, maka sebagai suatu persekutuan umat Tuhan yang dipersekutukan Tuhan dalam GKPImaka sesuai visi GKPI yang sangat jelas dalam hubungan pelayanannya ditengah-tengah masyarakat yang terus berubah yakni “MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERIMAN, MAJU DAN SEJAHTERA”. Visi ini didasarkan atas pemahaman bahwa, Injil itu berita kesukaan yang utuh dan menyeluruh yaitu berita tentang pertobatan, pengampunan dosa dan keselamatan (Lukas 24 : 47) serta kebebasan dan keadilan kebenaran dan kesejahteraan kepada segala bangsa, kepada segala makhluk (Mar. 16 : 15).
      GKPI memahami bahwa berita ini bukanlah berita yang berkeping-keping dimana satu kepingan dapat dipertentangkan dengan kepingan yang lain, seperti misalnya dimana dipertentangkan kepingan “vertikal” dengan kepingan “horizontal”. Injil yang seutuhnya diberitakan kepada makhluk yang seutuhnya, Injil itu menyangkut keseluruhan makhluk hidup, tidak hanya kelak di Sorga saja tetapi juga kehidupan sekarang di sini. Tidak hanya jiwa dan Roh saja tetapi keseluruhan keberadaannya, baik rohani maupun jasmaninya.
      Berdasarkan visi tersebut, maka semua program dan kesaksian GKPI dalam upaya menterjemahkan Injil Yesus Kristus ke dalam kehidupan nyata ditengah-tengah lingkungan (konteks) dimana Tuhan telah menempatkan GKPI, yakni suatu daerah terisolasi. Disitulah “misio Dei” (gambar Allah) harus benar-benar diwujudkan untuk membebaskan dan menyelamatkan umat Allah yang terbelakang dan terbelenggu oleh kemiskinan.
                 H   MISI PELAYANAN GKPI.
      Dalam terang visi pelayanan GKPI di atas, GKPI terus dan menjabarkan pelayanannya yaitu “Pelayanan Yang Utuh dan Menyeluruh”. Untuk itu GKPI terus berupaya memahami lingkungan dimana GKPI ditempatkan dan melaksanakan tugas itu dengan melihat tanda-tanda zaman.
Dalam konteks masyarakata yang demikian, tugas dan pelayanan GKPI adalah:
-  Mempersiapkan dan memantapkan peran warga jemaat memasuki era
    Globalisasi dan jaman yang semakin maju ini.
-   Kontekstualisasi dibidang pelayanan yang perlu mendapat perhatian khusus, dalam rangka memantapkan upaya pelayanan membangun masyarakat sehingga dapat mencapai cita-cita yang maju dan sejahtera.
Namun yang pasti bahwa pelayanan yang memerlukan perhatian GKPI adalah hal-hal yang menyangkut sumber daya manusia, harkat, martabat dan kesejahteraan warga jemaat dan masyarakat.
Selain bidang-bidang pelayanan (pertanian, kesehatan, dan pendidikan) yang dilaksanakan selama ini, yang masih perlu mendapat perhatian GKPI antara lain :
 H. 1. Pelayanan Pembinaan Warga Jemaat.
      Dalam perubahan zaman yang begitu cepat dewasa ini sudah saatnya GKPI memikirkan pola pelayanan pembinaan bagi warga jemaatnya :
      a. Ibadah-ibadah jemaat (khotbah dan lain-lain).
      b. Pelayanan kategorial perlu ditingkatkan.
 H. 2. Pelayanan Di Bidang Hukum.
      Tegaknya hukum, dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia adalah tugas panggilan gereja. Demikian juga dengan kepastian hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran harus menjadi keprihatinan seluruh gereja.
 H. 3. Pelayanan Di Bidang Politik.
      Gereja perlu membina warga jemaatnya agar sadar akan hak dan kewajibannya selaku warga Negara yang bertanggung jawab, yang ikut membangun struktur masyarakat yang manusiawi, adil, dan sesuai dengan yang dicita-citakan yaitu masyarakat adil dan sejahtera. Pelayanan dibidang politik berarti ikut membangun komunikasi sosial politik yang sehat ditengah-tengah jemaat dan masyarakat.
H. 4. Pelayanan Di Bidang Lingkungan Hidup.
      Tuhan mengamanatkan kepada manusia untuk mengelola dan memelihara ala mini dalam ketaatan akan Tuhan, maka gereja terpanggil untuk menata lingkungan hidup bersama-sama seluruh lapisan masyarakat, antara lain :
- Perlindungan dan pelestarian alam
- Pengembangan Lingkungan Hidup Sehat
- Pencegahan Pencemaran Lingkungan, dan lain-lain
 H. 5. Pelayanan di Bidang Penatalayanan.
      Membantu warga jemaat dan masyarakat untuk mengenal dan berkemampuan mengelola dan memberdayakan semua potensi yang ada dalam masyarakat itu sendiri :
- Meningkatkan kemampuan berwiraswasta
- Memanfaatkan Teknologi tepat guna
- Pelayanan keterampilan dan kursus-kursus, lokakarya dan sebagainya.


   H.6. Pelayanan di Bidang Penggembalaan.
      Persoalan yang semakin rumit ditengah-tengah warga jemaat karena kompleksitas kasus yang dihadapi karena pengaruh zaman moderen ini menuntut gereja sungguh-sungguh menanganinya. Peran para gembala/Pendeta/guru jemaat sangat menentukan. Karena itu dibutuhkalah team penasihat (counseling) yang terdiri dari beberapa profesi (dalam Majelis Jemaat), guns menyelesaikan setiap persoalan yang muncul dalam jemaat.
     H.7. Pelayanan di Bidang Pengembangan Ekonami Kerakyatan.
      Sehubungan dengan kebijakan pemerintah sekarang ini yang mengembangkan prinsip ekonomi kerakyatan, maka gereja perlu mengupayakan serta mengembangkan ekonomi kerakyatan, antara lain :
a. Di sektor Pertanian
b. Di sektor Kewiraswastaan.
 H. 8. Pelayanan di Bidang Sumber Daya Manusia.
      Tantangan yang harus dijawab oleh gereja GKPI saat ini adalah bagaimana mempersiapkan warga jemaat yang mampu menghadapi perubahan-perubahan yang begitu cepat masa kini maupun masa yang akan datang, dan mampu menangkap peluang-peluang yang terjadi karena perubahan-perubahan itu. SDM warga jemaat menjadi sangat penting. Kembali kepada pembinaan warga jemaat yang terencana dan menyeluruh.
I. REFLEKSI TEOLOGIS.
      Berdasarkan alasan berdirinya GKPI Tarakan, seperti yang telah dirumuskan dalam pembukaan Peraturan dasar GKPI, maka saya dapat mengemukakan beberapa hal :
1. Nampaknya pada waktu GKPI berdiri, apa yang menjadi cita-cita Elisa Mou dan  kawan-kawan yaitu memajukan masyarakat Dayak pedalaman Kalimantan terwujud. Hal ini terbukti dengan adanya sekolah-sekolah didirikan untuk mendidik para pemuda Dayak agar mereka mendapat pendidikan baik dalam bidang teologi maupun pendidikan umum.
2. Usaha untuk menterjemahkan berita Injil dari Alkitab ditengah-tengah konteks orang Dayak nampaknya relatif berhasil. Hal ini nampak dari penerimaan orang Dayak terhadap pola pendekatan penginjilan yang dilakukan  pendiri GKPI dengan tidak membenturkan berita Injil itu dengan adat atau budaya setempat. Sehingga pada awal tahun berdirinya GKPI, walaupun disana-sini banyak tantangan atau rintangan, GKPI terus berkembang dengan baik. Program-program gereja yang disepakati nampaknya berjalan dengan baik. Tidak heran, keberhasilan yang dicapai pada waktu itu, sering disebut jaman keemasan GKPI. Kenapa disebut jaman keemasan? Karena didukung penuh oleh Bassel Mision Swiss dengan dana yang besar, dan di sertai semangat perjuangan tanpa kenal lelah oleh warganya.
3. GKPI dalam perkembangan selanjutnya, yaitu tahun 1990-an, mengalami kemerosotan dalam pelayanannya. Sehingga berdampak luas dalam seluruh aspek program pelayanan GKPI semapai sekarang. Dengan dikuranginya bantuan dana dari Bassel Mission, semakin memperburuk semua lini pelayanan GKPI. Dengan alasan kemandirian gereja, Bassel Mision terus mengurangi bantuannya bagi GKPI sampai sekarang bahkan sampai tidak ada lagi bantuan sama sekali. Atas kebijakan Bassel mission ini, nampaknya GKPI belum siap menghadapinya. Hal ini terlihat dengan kebijakan atau perencanaan usaha kemandirian dana yang sama sekali tidak ada. Jika hal ini tidak dibenahi segera sekarang, maka dapat dipastikan GKPI akan menunggu “bom waktu”, apakah masih komitmen terhadap tujuan berdirinya GKPI atau berubah arah/kiblat? Semuanya terpulang kepada warga jemaat dan para pemimpin GKPI sekarang.                                     
J. PENUTUP.
      Demikian Sejarah Gereja Kristen Pemancar Injil Tarakan yang penulis himpun seperti terdapat dalam makalah ini. Sekurang-kurangnya menjadi bahan penting yang dapat dipakai dalam penulisan sejarah GKPI Tarakan dimasa yang akan datang. Kritik saran dari bapak dosen pengampu dan rekan-rekan sekalian sangat saya harapakan demi penyempurnaan makalah ini.

     

   
                     
     
     








DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN …………………………………………………………1
B. LATAR BELAKANG SOSIAL ORANG DAYAK………………………  2
C. SEJARAH BERDIRINYA GKPI KALIMANTAN TIMUR………………3
      C.1. Pekabaran Injil Oleh The Christian Misionary Alliance (CMA)……..3
       C.2. CMA di Kalimantan Timur…………………………………………..4
D. PENDIRI GKPI TARAKAN KAL-TIM…………………………………...5
     D.1. Pdt. Elisa Mou, Tokoh Pencetus……………………………………....6
     D.2. Pembentukan Organisasi Massa………………………………………8
     D.3. Berdirinya GKPI Tarakan…………………………………………….10
E. TUJUAN BERDIRINYA GKPI TARAKAN………………………………11
F. TUGAS PANGGILAN GKPI……………………………………………....12
G. VISI PELAYANAN GKPI………………………………………………....15
H. MISI PELAYANAN GKPI…………………………………………………15
      H.1.Pelayanan Pembinaan Warga Jemaat………………………………....16
      H.2. Pelayanan Di Bidang Hukum………………………………………....16
      H.3. Pelayanan Di Bidang Politik………………………………………….17
      H.4. Pelayanan Di Bidang Lingkungan Hidup…………………………….17
      H.5. Pelayanan Di Bidang Penatalayanan…………………………………17
      H.6. Pelayanan Di Bidang Penggembalaan………………………………..18
      H.7. Pelayanan Di Bidang Pengembangan Ekonami Kerakyatan…………18
      H.8. Pelayanan Di Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia……… 18
I. REFLEKSI TEOLOGIS…………………………………………………….19
J. P E  N U T U P……………………………………………………………... 20
     


[1] Gereja Kristen Pemancar Injil mula-mula didirikan di Desa Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau Kabupaten Bulongan Kalimanatan Timur, ( sekarang Kecamatan  Malinau Barat, Kabupaten Bulongan Kalimantan Timur. Sebutan “ GKPI Tarakan “ untuk memudahkan kita untuk mengenl GKPI karena kantor pusat GKPI berkedudukan di Tarakan. Karena itu selanjutnya disebut GKPI Tarakan.
[2]. Berdirinya GKPI tidak terlepas dari peran dan hubungannya dengan Gereja Kristen Bahtera Injil di Manado Sulawesi Utara, dengan Gereja Kristen Evangelis ( GKE ) Banjarmasin dan dengan luar negeri dengan Bassel Mission Swiss, sekaarang dikenal dengan nama Mission 21 ( yaitu gabungan beberapa
Yayasan Penginjilan di Swiss ). 
[3] Fridolin Ukur, “ Mengenal Suku Dayak Di Kalimantan “, Dalam PENINJAU: Majalah Lembaga Penelitian  dan Study PGI, (Jakarta, no. 01/thn.II/1975.
[4] Bnd. Fridolin Ukur. Ibid., 22.
[5] Ibid., 28.
[6] Van den End dan Weitjens, Ragi Carita 2 : Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an – Sekarang (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1999), 280.
[7] Rodger Lewis, Karya Kristus di Indonesia (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993), 18.
[8] Bnd. Robert B. Ekvall et. al. After Fifty Year : A Recard of God’s working through The Christian and Missionary Alliance (Harisburg : Christian Publications, Ins., 1966), 16.
[9] Lewis, Op. Cit., 19.: Bnd. Robert B. Ekvall et. al. op. cit., 252., juga dalam Van den End. Ragi Carita 2 op. cit., 281 CMA mengutus pekabar Injil ke segala benua salah seorang tenaganya adalah R.A. Jaffray, ( 1897 – 1927 ) bekerja di Tiongkok Selatan. Setelah beberapa kali dating ke Indonesia, pada tahun 1930 R.A. Jaffray meninggalkan Tiongkok dan mendirikan markas di Makassar.
[10] Lewis, Ibid., 26.
[11] Lih. William Conley, The Kalimantan Kenyah : A study of Tribal Conversion in Terms of Dinamic Cultural Themes (USA : Presbyterian and Reformed Publishing, 1976), 283.
[12] Lih. Lewis, Op. Cit., 109. Bnd. Conley, Op. Cit.
[13] Lewis, Op. Cit., 115 – 116. Bnd. Conley, Op. Cit. 285 – 288.
[14] Van den End. Op., Cit., 282
[15] Lih. Lewis, Op., Cit., 129.
[16] Ibid., 283.
[17] Sesuai dengan ajaran CMA “Injil rangkap empat”.
[18] Wawancara penulis lakukan dengan Lilid Elisa,. Anak pertama (Alm) Pdt. Elisa Mou, di Tanjung Lapang, Kaltim. 
[19] Lewis. Op. cit., 142.
[20] Catatan Harian Alm Elisa Mau semasa hidup, (catatan diberikan anak Alm Elisa Mou, Lilid Elisa).
[21] Dalam konferensi itu juga diputuskan merobah nama Angkatan Muda Tanah Tidung (AMTI) menjadi Persekutuan Kristen Dayak Tanah Tidung (PEKERTI). Perubahan ini dimaksudkan untuk menghindari pemahaman yang salah jika selalu dihubungkan dengan politis.
[22] Setelah koperensi tersebut, hamper tiga tahun jemaat Tanjung Lapang tidak diperhatikan oleh KINGMI Kaltim.
[23] Lih. Laporan Umum Majelis Sinode GKPI periode 1978 – 1982, dalam Sidang Umum VII GKPI,  20 – 26 Juli  1982 di Ba’ Binuang, 10.
[24] Jumlah ini tidak termasuk anak-anak muda yang punya semangat untuk memajukan orang Dayak pedalaman seperti semangat Elisa Mou dan kawan-kawan.
[25] Tanggal ini kemudian disebut sebagai hari berdirinya GKPI Tanjung Lapang.
[26] “bertobat” disini dimaksudkan Pdt. Elisa Mou menghentikan aktifitasnya yang selalu berseberangan dengan misionaris yang melakukan penginjilan di Kalimantan Timur bagian Utara.
[27] Gaing. Ibid.
[28] Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga GKPI tahun 2005., 2.
[29] Ibid., 40.
[30] Penjelasan lengkap terhadap Tugas Panggilan GKPI ini terdapat dalam Ketetapan Sinode Umum XII, 18  – 22 Juli 2005, Respen Sembuak Kab. Malianu Kaltim., hal. 62 – 70. Rumusan lengkap berdirinya GKPI Tarakan jelas sekali telihat dalam PD dan PRT GKPI bagian PEMBUKAAN mengatakan : “ . . . Oleh kuasa Roh Kudus, jemaat-jemaat tersebut, sejak saat itu telah memasuki sejarah baru, membebaskan diri dari pandangan kekristenan yang sempit dan mengembangkan pandangan teologis yang lebih luas yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk program menyeluruh dan terpadu, serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat”.
[31] PD dan PRT GKPI, (2005)., 2-3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar